Selasa, 20 Juli 2010

.......

sekuat tenaga aku berusaha mundur n menghapus nama ...
tp seenaknya angin berbicara... jangan gampang menoreh sebuah nama.

hai kau angin; bawa saja nama ini karena ini milikmu...
kau yang seenaknya datang dan pergi bahkan mengombang-ambingkan perahu ku
...bawalah jauh...
karena penat dan lelah mengikutimu
dengan nama yang adalah dirimu !

(mode on: speechless, sadness n hopeless... n tetap mati suri)

Hmmmm.............

hmm...

nyiur udara tipis melambahkan memasuki pori.
angin tiada meredup dikala senja.
hujan tak mampu menghentikan.
bahkan ketika ia berjalan lurus sedikit memiringkan bahkan belok
terhempas kekuatan langit.
pun kadang angin pergi.
ke tempat tersembunyi
dan sekejap hadir tanpa permisi

Entah....
dimana lembah angin.
atau mungkin ia tak berlembah.
namun bermuara.
atau ia mungkin menepikan diri di bibir pasir.
namun seperti nya TIDAK
butiran pasir terlemah itu adalah air yang dibwa angin

Jalan ini.....

terasa indah ketika cinta datang
membawa secercah penghiburan ditengah kesesakan
tetapi kenapa........
aku harus selau mengalami ini
ingin ku genggam cinta itu
tapi tak bisa
dan aku sekarang tahu
bahwa memang ini sudah kehendakNYA
bahwa aku harus tetap setia di jalanNYA
sebagai seorang seminaris
cintanya memang indah
tapi tak seindah CINTANYa
yang kutemukan di jalan panggilan ini

Senin, 19 Juli 2010

Sebuah Batas

Kabut menghilang dari pandang.
Terhampar pasir menghadang.
Keringkah sekarang duniaku??
Karena batas disini hanya awal menuju akhirmu.

Bilamana aku sampai pada ujung batas yang telah kutemukan.
Apakah itu adalah awal dari perjalanan lain?
Mungkin dunia ku tetap sepi akhirnya seiring kata tak abadi.
Betapapun pilar namamu kubangun tegak berdiri.

Maka senyumku adalah jawaban tentang cinta.
Kutemukan dirimu dan kuusung pada singgasanaku
duduklah nyaman kau disitu
Kan kulayani dengan cawan emas hati

inilah aku sang pemimpi cinta yang menuntut lebih bahagia
Akulah yang menapak pasir panas yang padanya telapakku melepuh
Tapi dengan namamu akan kurasa rumput yang tumbuh
Karena padang seperti ini akan ditemui semua insan

Aku sekarang tersenyum menatap hari
Betapa akhirnya kau mungkin pergi
Seperti manusia yang pasti mati.
Tapi aku puas sudah mengukirmu dihati

jaringku (aku ni laba2 apa smut sih?) .....

aku mulai merajut mimpi.

merajut dengan jaring laba_laba yang akan hancur ketika hujan tiada terhenti.
dalam rajutan mimpi ni aku semayamkan inginku.
harap dan angan menuju masa depan.

we have choise thinking to the future or we will sing sad song...

aku mengerti begitu lemah rajutan laba2 menumpu setitik air.
namun begitu kuat jaring itu menahan beratku sebagai laba2.

dan ketika jaringku hancur terlemahkan hujan.

aku kan kembali merajut jaring2 tu.
atau mungkin aku tak prlu lagi merajut benang tipis karna aku tlah bersemayam dalam pelangi yang aku tanam.

Jumat, 16 Juli 2010

Dawaiku bimbang,,

aku petikan senar kedamaian malam
mengalunkan sayup nada hening
hening dalam gelap.
berlari dari satu kunci ke kunci lain,
mematahkan tangga nada,
berguling pada pita frekuensi.
tersedak diafragma,
megap-megap ketinggalan pitch, off control,
dan fals di nada G.
aku terus menjerit tanpa mendengar,
terus berhentak tanpa gentar,
tak tahu ini bunyi atau bungkam.
atau sekedar hening pada intro
aku masih bimbang.

Pendaratan yang nyaris sempurna...

26 Juni 2010 jam 20:45

semoga ada matras dibawah
jadi walaupun aku memanjat sampai diatas sekarang
dan berteriak !
karena aku takut ketinggian

aku bisa menjatuhkan diri diatas matras yang empuk dibawah sana!
sehingga aku tak lagi berdarah
patah tulang
bahkan mati!

arrrrggghhhh!

mak beugh!
mendarat tepat diatas matras
sakitttttt!!
ternyata masih bisa aku menangis

pun kutersenyum!
senyum simpul yang kucipta tanpa makna
senyum yang bahkan aku sendiri tak paham
kupikir aku meringis saat itu

biarlaaahhh!

Pendaratan yang nyaris sempurna
sempurna diatas matras yang kupikir empuk ternyata tidak!
tetap saja membuat tulang rusukku tergetar
dan serta merta tulang punggung agak berbungkuk kesakitan

bahkan dengan jelas mmbuatku berfikir terpola
bahwa lecet ini tak kan kubawa ke dokter
kuobati sendiri dg rempah-rempah warisan simbah
getah daun lontar kugerat sajak diatas lecet ini
dan kubuat resep obat buatanku sendri,
kombinasi yang pas tuk sekedar lecet

(kucoba merangkai statusku dan komentku sendiri lol!)

MA.....

27 Juni 2010 jam 19:13

maa... bukalah matamu ....

aku ingin berkata dan menangis seperti hari-hari kemarin
dengarlah kisahku
bukan kisah ken dedes dan ambisi ken arok seperti waktu kemarin
bukan juga hikayat sebuah pintu yang manual 
atau sekedar sampah berserakan ditrotoar jalan
hanya sekedar kisah kecemasanku kehilanganmu

maaf ma...
hanya kesesakan yang bisa kubagi
tapi yakinkan anakmu ini bahwa muara itu ada
bahwa ada pengakhiran yang manis dalam hidupku

ma..
kubuat sebuah roman dalam penantianku
untukmu yang tergolek lemas dipembaringan
hanya untukmu


Aku ingat lautan yang pecah dimatamu
sewaktu aku menuju jauh lepas diderit pintu
dan wewangian nafasmu yang menyapu mukaku
pada dendang penghantar kantuk sebelum fajar
aku ingat itu

ada yang tak terserap waktu
kecupan lembut dikeningku
hangatnya sungguh tak lekang dari jiwaku
aku rindu dan rindu

ma....
aku ingin kembali pada purnama yang telah jauh
pada piawai jemarimu yang lembut mengusap rambutku
barang sekejappun aku rela
aku hanya ingin mengulang ritual menyiangi rerumputan dilaman
menyusuri pematang dengan gelak kanak kanakku di pangkuanmu

ma...
rinduku memuncak, sangat...!
padamu...
pada kekasih abadi, hidup dan mati"

kumohon dengarlah sajakku yang smpat terkubur oleh keegoanku
dan beri restumu utk keberangkatanku esok...
kujelang sejengkal asa disana 
seperti harap dan inginmu

Ketika 2 = Ganjil,,

pandang beringsut menepi
kata hanya bebunyian yang entah
kemana harus bertuju
bila ruang dada kiri yang dulu tempat bermain kini asing

rutuk menjelma bahasa
diam diam memang didalam
tapi ada terawang yang berlain lain
disitu mulai kita mencuri curi rupa

langkah langkah tak lagi satu
tak lagi mengapai dahan yang satu
tempat biasa kita berlagu lagu
lalu ranting ranting kita sebut belaka

adakah lagi kita menerka hari
yang padanya sudah membuang masa
bila kuhitung acap hasilkan bimbang
uzur yang mana yang hendak kita lampaui
bila kita membilang bilang yang tak lagi sama

berakhir dilubuk manapun, dibentuk apapun
kita memang tak lagi pandai mengukir makna
entah kita yang malah berpura pura lupa
"apa daya" adakah yang kita benci dahulu selain ini

Tak berjudul bahkan tak bertuan,,

ahhh membacamu semakin tak mengerti...
makanya sering kuberkata
gapapa
udahlah
n biarlah

karna engganmu
karna nanarmu
bahkan karna heningmu 
yang kau setubuhi sndiri

undurku
sakitku
bahkan kecewaku 
bukan kesalahan tentang apa n siapa

kubilang ganjil dan tak logis


ah.....
tambah mumet aku menikmati rasa ini
bergelanyut dalam 'kenaifan'
bahkan terkapar di padang tandus ketakutan
semua na syarat libido obsebsi yang orisinil!

Hujan ini tak sama...

menunggu gerimis ini
dan mengaduknya dalam ketercekatan atas obsesi asaku
mengaduknya hingga serupa adonan kecewa kental
salahkah ?

berhujan-hujan
menendang-nendang angin
dan terkekeh dalam buritan rasa
benarkah

mengembara hingga riuh
berteriak lantang dalam hening
dan mencoba melawan pusaran makna kata
kemanakah ?

(kota itu...)

sebuah post majeur n tetap hening
separuh hati dan beberapa tetes airmata kutinggalkan dikota itu
sebagai tanda kakiku pernah menorehkan 2 suka duka
diatas hiruk pikuk aspal kehidupan

hujan menangis, KUDUS mengigil
pun kurasa hujan ini tak sama dengan hujan kemarin
tersekat sebuah ruang rindu diatas tariannya
dan sebuah 'nama' yang teranulir dlm nestapaku

aku berteriak dalam desah
mencoba beralih pada ilalang rimbun yang basah
dikota ini.....
lenguhku terasa sesak dan tercekik

(pun)

mematut-matut dan merimbang lara
berhujan-hujan supaya larut
memendamnya supaya terkubur
bhkan membencinya supaya terluka

kucoba mengenggam segumpal bahagia
menjumput nikmat cinta berambigu kesedihan
tanpa aura kelicikan dan harum arwana kecemburuan
kunikmati saja dg lahap

(dan)
dikota ini ...
malam ini...
kucoba membentak manjaku dalam hening
dan menghentikan desir tarian limbungku

--------segenap tenaga kuseret diriku membingkainya dalam keterpakuan---------

"Tentang rasa ini..."

ijinkan aku menguburnya dibawah bangunan pasir putih yang kubuat
menjulang, putih dan mungkin rapuh

hingga larut dibawa tarian-tarian gerimis senja
atau mungkin kubuang saja ke dalam palung laut terdalam

ya?

memendamnya hingga terkubur
pun membuat oksigen yang kuhirup tercampur dengan hidrogen kalium 

menyesakkan
dan membuatku terkapar dan mati rasa

ijinkan aku membungkam buncahan cemburu ini
hingga tak ada percikan yang membakar tanganku

Kamis, 15 Juli 2010

ketika cinta menghantui

ketika….
impian dan cinta kembali merasuk dan menghampiri…
bisa kah menolaknya?

ketika….
dia, dia dan dia kembali memberi senyum untuk kita
bisa kah mengembalikan keadaan?

ketika….
pengharapan yg pernah sirna kembali menyala
haruskah redup lagi?

ketika….
smua sudah terkubur rapat2 pada tumpukan buku usang
dapatkah terbuka lagi?

ketika….
janji yg terucap n harapan menjadi irama indah yg slama ini menjadi impian
bisa kah dipercaya?

aku… n impianku ttg kamu… bukan menjadi bagian yg utuh dalam buku kehidupan …

haruskah tetap menunggu dengan sejuta asa dan pendeskripsian diri?

kangen esemmu

Kesengsem esemmu kang kependhem,
gawe wengiku endah,
ngawang nyawang wayang,
nglayang ing awang.

gandaning kembang sengsaya arum,

tembang swarga sengsaya merdu,

asmarandhana sengsaya ngumandang,

angine sengsaya sumilir,
ngipasi ati kapang.

pangrasaku ngumbara,
ngetutke angen kang ngebaki katresnan,
jroning wangan suwung.

tanpa asihMu, Gustiku,
eseme mesti sirna kesaput laku bayu,
senadyan pendak dina kejangkah.

Batinku mangerteni wisikmu,
sukmaku mangerteni basa atimu,
nanging,
pasuryanmu mbayang pengrasamu,
kang culigo.

esem madumu,
sejatine kebak wisa,
nanging aku saguh ngresiki,
saguh ngayaki...

Ragaku klebus,

kecemplung kang

guratan ektase (part 1)

aku inginkan terlentang dalm padang gurun yang tak berpasir....

dilangit pun tak ada bintang......

hanya warna gelap, goresan jari tuhan....

aku terlentang bukan untuk merebahkan tubuhku ...

namun rubuhku telah terlemahkan tadi pagi,
ketika bumi menyapa mentari...

namun saat ni gelap,
karena bumi telah berpaling dari sinarnya...

tenggorakan ku mengering..
aku bicara dengan menggeram...

dengan sisa-sisa tenagaku...

aku meraung...

melonglong bagai serigala purnama....

namun lolonganku tak bersuara...

hingga mataku terpejam,
bukan kehendakku...

namun, mungkin telah tiba waktuku...

aku bangun....
danmelihat padang menjadi lautan pasir...

tak kering.....

bahkan ada oase yang tak surut meski mentari menyandingnya...
sepanjang waktu....

kini, padang gurun ini menjadi kanvas putih...
dan aku akn melukisnya...
walau dengan pikirku...

ketika langit gelap...

rumput2 tak lagi mengigil...

rumput tak lagi menari sendiri,
karena dilangit telah kulukis,
beribu bintang menari di ujung utara...
dendangkan lagu alam....

to be continue...

Rabu, 14 Juli 2010

PUISI INI,,

By.Dee_Swarry

Kutulis puisi ini
untuk mencatat semburat langit senja
dan pengalaman manusiawi atas cinta..

Perkenalan kita dimulai dari sebuah kebetulan,
seperti semua cinta yang menyerah pada pohon akar pilihan-pilihan
kebetulan yang menyenangkan.
Kita berbicara tentang argumentasi bersama –
Persis seperti semua perkenalan.
Kita berbicara tentang kenapa orang menyukai kupu-kupu, tentang teori rotasi bumi,
hingga kisah-kisah menyakitkan yang membawa kita menaiki perahu bersama;
Dan kesengajaan kita untuk tersenyum padanya,
Menjadikan semuanya istimewa.

Kutulis puisi ini untuk meyakinkanmu:
Tak ada yang bisa menghapus secuil pun pengalaman kita;
Tak ada yang mampu menggantikan cerita masa lalu
Ia ada, dan kita menghormati tapak-tapak yang terlewati

Kutulis puisi ini untuk berbicara padamu dan pada dunia
tentang hak menolak derita;
tapi juga, tentang hak menampung semua rasa;
tapi juga, tentang hak saling membaca.
Seperti kata seorang penyair alam –
Aku hanya bisa menjanjikanmu dua hal:
Kita akan merasa bosan dan kita akan menghadapi masa-masa sulit

0~Semarang, July 14.10~0

My Exam

By.Dee_Swarry

ketika cinta, cita dan impian tak lagi sama …
harus kupilih yang mana

(they’re the different kind…)

cinta dan harapan ku berbeda dengan cita2 dan impianku…

mereka berlomba untuk mendapatkan sebuah ruang dalam hidupku…
ruang yang terpecah2 dan tak dapat kusatukan
dengan sekuat tenaga…
jiwa, pikiran dan tubuhku berbeda…

ini…
ini…
dan ini…

untuk siapakah?
harapan n impian?
cinta ?
atau cita citaku?

mampu dan sanggupkah ku memiliki mereka sebagai satu kesatuan yg utuh?
sebagai eksistensi keberadaan ku dan kebanggaan ku sebagai perempuan?

perempuan…
perempuan…
dan perempuan-perempuan dalam hidupku…

hari ini?
esok?
atau harus kulalui masa lalu?

ingin ku bersama mereka selamanya, harapan/impian, cinta dan cita-citaku…

let me… choice one of them…
And try to find d best … in my life

2010… masa pencarian ruang yang terpisah…
menunggu dan berkarya…
bukan menunggu untuk sebuah proses tapi menunggu untuk menentukan…
harapan, cinta atau cita2kah?

bolehkah ku egois?
bolehkah ku miliki mereka utk diri ku saja?

bolehkah sekedar menempatkan mereka disebuah ruang yang tak terpisahkan…
di otakku, di tubuhku, dihati ku bahkan disela-sela sisa kehidupanku…

argh…ku hanya bisa menunggu…
menunggu kedatangannya …
menunggu hingga ku sadar…
bahwa mereka adalah satu…

ku berharap hanya 1
hanya 1
and always the only one…

w… in mine

0~Semarang, July 14.10~0